Dalam menjalani kehidupan, manusia tidak boleh bersikap semau-maunya. Ada tata krama yang harus diperhatikan saat melakukan segala sesuatu. Begitupun yang diajarkan dalam Islam, ada adab yang harus diikuti umat Muslim.
Abdul Mujieb dalam Ensiklopedia Tasawuf Imam Al-Ghazali menyebutkan bahwa adab ialah tata krama, moral, atau nilai-nilai yang dianggap baik oleh sekelompok masyarakat. Seseorang yang dapat menjaga adabnya berarti ia berhasil dalam segala hal.
Dalam agama Islam, adab berasal dari dua sumber utama, yaitu Al Quran dan sunnah yang merupakan perbuatan serta kata-kata Nabi. Keduanya merupakan panduan bagi umat Muslim dalam menjalankan aktivitas sehari-hari agar menjadi orang yang beriman dan berakhlak.
Mengutip buku Adab dan Doa Sehari-Hari untuk Muslim Sejati oleh Thoriq Aziz Jayana, kedudukan adab dalam Islam lebih tinggi dari ilmu. Imam Malik pernah berkata kepada muridnya, “Pelajarilah adab sebelum mempelajari ilmu.” Begitu pula yang diperintahkan ulama-ulama lainnya.
Islam lebih meninggikan dan memuliakan orang-orang yang memiliki adab/akhlak daripada mereka yang berilmu. Ini juga yang menjadi misi utama kenabian Rasulullah SAW. Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlakul karimah.” (HR. Bukhari)
Jadi, kualitas diri seseorang bukan dilihat dari seberapa banyak ilmu yang dimiliki, tetapi bagaimana akhlaknya dalam memanfaatkan ilmunya. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Rasulullah bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah yang mulia akhlaknya.”
Tak hanya itu, adab menjadi salah satu amal yang bisa ditanamkan kepada diri sendiri sebagai bekal pahala di akhirat kelak. Disebutkan dalam hadits, “Tidak ada sesuatu pun yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin pada hari kiamat daripada akhlak yang mulia.” (HR. Tirmidzi)
Marah adalah salah satu tanda bahwa manusia memiliki rasa. Namun, jika tidak dikendalikan dengan baik akan berdampak buruk bagi kesehatan hingga psikis.
Nabi Muhammad SAW pernah bersabda:
Orang yang kuat bukanlah yang pandai bergulat. Orang yang kuat adalah yang mampu menahan dirinya di saat marah.” (HR. Bukhari)
Dalam mengendalikan emosi, Nabi Muhammad SAW memiliki cara sendiri agar perasaan emosi tersebut tidak menguasai dirinya.
Ketika Nabi Muhammad SAW melihat orang sedang marah, beliau pernah bersabda:
"Aku akan ajarkan kalimat-kalimat kalau dia membacanya akan hilang kemarahannya. Kalau dia mengucapkan A'udzubillahi min as syaithoni ar rajiim pasti akan hilang amarahnya." (HR Bukhari dan Muslim)